Hiduplah tanahku
Indonesia RayaMerdeka Merdeka
Indonesia RayaMerdeka Merdeka
Indonesia RayaMerdeka Merdeka
Indonesia RayaMerdeka Merdeka
Diposting oleh Unknown di 19.02 0 komentar
Diposting oleh Unknown di 02.06 0 komentar
Terwujudnya impianku menjadikan aku bingung
Mimpi yang tak bisaku ingat dalam tidurku tadi malam. Aku hanya mengingat suara ibuku yang membangunkan ku untuk makan sahur. Sebenarnya detik jam masih menunjukkan angka 2.30 masih terlalu pagi unntuk makan sahur, tapi aku memang menyuruh ibu untuk membangunkan aku pagi ini. Suasana hening nan dingin masih menyelimuti malam ini, aku keluar dari rumah untuk ,mengambil air wudhu. Gemricik air wudhu ini menambah dinginnya malam ini. Malam ini nampak bukan malam lailatul qodar yang aku nanti-nantikan, karena memang malam ini adalah malam genap dan adanyamalam lailatul qodar itu hanya terdapat di malam malam ganjil. Lagian keadaan saat ini juga sangat dingin, bukan keadaan dengan hawa pas-pasan dengan keheningan malam yang membuat nyaman diri ini untuk bertemu dengan kekasihku ALLAH. Kuambil mukena putih ku dan sajadah warna merah yang selalu menemani ku ketika aku ingin bertemu kekasihku dan mencurahkan semua isi hatiku dan kesulitan dalam menghadapi kehidupanku pada-Nya. Dalam sujud witir terakhirku , aku curahkan tentang kejadian saat aku pulang sekolah kemarin.
Ya ALLAH terimakasih engkau masih melindungiku dalam kecelakaan tadi siang, terimakasih engkau telah memberikan pelajaran agar aku lebih berhati—hati dalam mengendarai sepeda motorku, terimakasih karena yang menabrak ku ternyata adalah orang yang baik hati dan tidak memarahiku karena keteledoranku dan ketidakhati-hatian dirinya, terimakasih ya Allah karena yang menabrakku hanyalah sebuah sepeda motor bukan sebuah mobil truk besar ataupun sebuah bis pariwisata. Mungkin jika hal itu terjadi sekarang ini kau telah bersujud dalam hadapanmu ya ALLAH.
Karena kejadian itu, pagi ini aku tidak membawa motor ke sekolah. Sama seperti sebelum aku mempunyai motor, aku menunggu angkot di pinggir jalan menuju rumahku. Sebelkum itu aku sempa mengantarkan pangeran kecilku untuk pergi sekolah, karena aku tidak tega membiarkannya jalan sendiri menuju sekolahnya. Saat itu motor supra hijau ku telah di keluarkan dari parkiran kecil dalam rumahku oleh pakdhe ku sebagai tukang parkir ang selalu mengantarkan sepedaku ketika aku ingin berangkat sekolah.
Bukan karena aku takut membawa motor ke sekolah tapi aku masih ingin mengistirahatkan otak yang selalu menangis karena aku telah merusak uang 6 juta dari ayahku, dan aku belum bisa merawat dan menggunakannya secara baik dan benar. Takut sempat menjadi alasan pertamaku untuk tidak membawa motor ke sekolah , tapi setelah aku mendengar pangeran impianku menyanyikan lagu “sang juara” darinya, semangatku terpompa utuh kembali.
Diposting oleh Unknown di 21.13 0 komentar
MY TRUE FRIEND
Diposting oleh Unknown di 18.01 0 komentar
pagi ini aku bakal ngisi blog ku dengan sebuah tulisan tangan, karya aku yang mungkin hanyalah sebuah uneg" dalam diri ku he...he....he...
tapi sebenernya aku juga bingung buat blog itu meh tak isi apa. tapi gak apalah itung-itung buat ngisi waktu luang sehabis UKK lagiann di sini internet gratis sepuasnya
Dimana lagi kalo bukan di tempat sekolahku SMK N 2 tmg. fasilitas sudah lengkap tinggal diri kita aja yang mau berkreasi apa aja sesuka hati
em.... ngmong-ngomong dari tadi sebenernya aku pengen cerita tentang kehidupan di keluarga ku. kog jadi ngelantur" kayak gini ya???
ya udah dech daripada penasaran aku mulai aja ya ceritanya he....he.... (kebanyakan basa basi) tapi asyik kan??? (tukang ngarep)
okey start disini aja ya .....
aku dilahirkan dari sebuah keluarga sederhana dan harmonis (mungkin). Bapak ku adalah orang berpolitik karena alhamdulilah sampe saat ini beliau masih menjadi pemimpin di dusun ku. Ia adalah orang super galak dan ganas dalam keluargaku, orang nya berprinsip hidup kuat dan khawatir banget ama anak cewek satu-satunya , yang itu pastinya adalah aku. bapakku dilahirkan dari keluarga sederhana tapi ada minusnya sich. Ia di sekolahkan hanya sampe SD oleh nenek ku.
setelah sekolah SD bapak ku kerja di Temanggung, jadi tukang momog anak kecil yah kayak baby suster gitu tapi cowok wakaka.... . Masa muda bapakku sama dengan anak jaman sekarang ya kayk gitulah anak jaman sekarang
mabuk? iya
nyewek? parah
yang lain banyak lagi, gak bisa aku sebutin satu persatu dech.
tapi yang aku kagumi darinya adalah prinsip hidupnya. tapi kegiatan masa muda bapakku gak dihabiskan dengan gitu gitu doank kok ia juga mencari ilmu kehidupan (aku menyebutnya itu, entah bapakku nyebut apa?)
ilmu kehidupan yang dimaksud adalah prinsip hidupnya.
Dari tadi perasaan ngomongnya prinsip hidup terus, hehehe... bingung ndak mau nulis apa.????
semasa muda bapakku ia rajin puasa, tahajjud, dzikir. entah apa tujuan beliau melakukan itu, tapi yang aku heran adalah kenapa aku sebagai anaknya yang terbesar belum tahu sepenuhnya tentang prinsip hidupnya????
mungkin yang ku tau adalah 20 % dari 100 %
beberapa yang ku tahu adalah:
1. gak boleh merepotkan orang lain, lebih baik diri kita aja yang direpotkan
2. kalo bisa apapun yang orang lain mau pinjem dari kita harus dikasih
3. jangan lupa harus bisa bikin orang kail seneng
dan yang lainnya gak tau dech, soalnya aku juga gak terlalu deket dengan bapakku aku cenderung dekat dengan ibuku.
terkadang orang tuaku sering membeda-bedakan aku dengan adikku, ia memang adik terhebat yang aku miliki. ia sering meniru semua tingkah laku aku, kalo aku bangun siang ya ikut bangun siang. kalo aku tidur jam 5 pagi setelah sahur ya ikut tidur lagi , gak mau bangun.
semuanya ikut"an aku.
aku pengen jadi kakak yang baik , kakak yang selalu dapat dicontoh olehnya
tapi gimana ya caranya??? aku sering sebel ngeliat tingkah lakunya.
Diposting oleh Unknown di 18.31 0 komentar
Diposting oleh Unknown di 19.58 0 komentar
Pada suatu hari Dr. Arun Gandhi, cucu Mahatma Gandhi, memberi ceramah
di Universitas Puerto Rico. Ia menceritakan suatu kisah dalam hidupnya:
Waktu
itu saya masih berusia 16 tahun dan tinggal bersama orangtua di sebuah
lembaga yang didirikan oleh kakek saya, ditengah kebun tebu, 18 mil di
luar kota Durban, Afrika Selatan. Kami tinggal jauh di pedalaman dan
tidak memiliki tetangga. Tak heran bila saya dan dua saudara perempuan
saya sangat senang bila ada kesempatan pergi ke kota untuk mengunjungi
teman atau menonton bioskop.
Pada suatu saat, ayah meminta saya
untuk mengantarkan beliau ke kota untuk menghadiri konferensi sehari
penuh. Dan, saya sangat gembira dengan kesempatan itu. Tahu bahwa saya
akan pergi ke kota, ibu memberikan daftar belanjaan yang ia perlukan.
Selain itu, ayah juga meminta saya mengerjakan beberapa pekerjaan
tertunda, seperti memperbaiki mobil di bengkel.
Pagi itu setiba di
tempat konferensi, ayah berkata ”Ayah tunggu kau di sini jam 5 sore.
Lalu kita akan pulang ke rumah bersama-sama.”
Segera saja saya
menyelesaikan pekerja-pekerjaan yang diberikan oleh ayah dan ibu.
Kemudian, saya pergi ke bioskop. Wah, saya benar-benar terpikat dengan
dua permainan John Wayne sehingga lupa akan waktu. Begitu melihat jam
menunjuk pukul 17.30, langsung saya berlari menuju bengkel mobil dan
buru-buru menjemput ayah yang sudah menunggu saya. Saat itu sudah hampir
pukul 18.00!!!
Dengan gelisah ayah menanyai saya ”Kenapa kau
terlambat?”. Saya sangat malu untuk mengakui bahwa saya menonton bioskop
sehingga saya menjawab, ”Tadi, mobilnya belum siap sehingga saya harus
menunggu.”
Padahal, ternyata tanpa sepengetahuan saya, ayah telah
menelepon bengkel mobil itu. Dan ayah tahu kalau saya berbohong. Lalu
ayah berkata, ”Ada sesuatu yang salah dalam membesarkan engkau sehingga
engkau tidak memiliki keberanian untuk menceritakan kebenaran pada ayah.
Untuk menghukum kesalahan ayah ini, biarkanlah ayah pulang berjalan
kaki sepanjang 18 mil dan memikirkannya baik-baik.”
Lalu dengan
tetap mengenakan pakaian dan sepatunya, ayah mulai berjalan kaki pulang
ke rumah. Padahal hari sudah gelap dan jalanan sama sekali tidak rata.
Saya tidak bisa meninggalkan ayah, maka selama lima setengah jam, saya
mengendarai mobil pelan-pelan di belakang beliau, melihat penderitaan
yang dialami beliau hanya karena kebohongan bodoh yang saya lakukan.
Sejak
itu saya tidak pernah berbohong lagi. Seringkali saya berpikir mengenai
kejadian ini dan merasa heran. Seandainya ayah menghukum saya,
sebagaimana kita menghukum anak-anak kita, maka apakah saya akan
mendapat sebuah pelajaran mengenai mendidik tanpa kekerasan ?
Kemungkinan saya akan menderita atas hukuman itu, menyadarinya sedikit
dan melakukan hal yang sama lagi. Tetapi, hanya dengan satu tindakan
tanpa kekerasan yang sangat luar biasa, sehingga saya merasa kejadian
itu baru terasa kemarin.
Itulah kekuatan bertindak tanpa amarah dan kekerasan.
-
Lihat
bagaimana Ayahnya Dr. Arun Gandhi tidak bertindak ceroboh dgn amarah,
tapi beliau dgn bijaksana menintrospeksi dirinya sendiri, menghukum
dirinya sendiri tapi tidak menyalahkan perilaku anaknya yg keliru karena
dia ingin mengajari anaknya dgn contoh Teladan yg baik, bukan dgn
amarah apalagi sampai memukul anaknya.
Kalau kita berusaha memahami orang lain tanpa mengharapkan orang lain memahami kita
Diposting oleh Unknown di 20.56 0 komentar