Creative Media, Design, Photography and other related things.

Personalie

Selasa, 30 Juli 2013

                        Terwujudnya impianku menjadikan aku bingung 
        Mimpi yang tak bisaku ingat dalam tidurku tadi malam. Aku hanya mengingat suara ibuku yang membangunkan ku untuk makan sahur. Sebenarnya detik jam masih menunjukkan angka 2.30 masih terlalu pagi unntuk makan sahur, tapi aku memang menyuruh ibu untuk membangunkan aku pagi ini. Suasana hening nan dingin masih menyelimuti malam ini, aku keluar dari rumah untuk ,mengambil air wudhu. Gemricik air wudhu ini menambah dinginnya malam ini. Malam ini nampak bukan malam lailatul qodar yang aku nanti-nantikan, karena memang malam ini adalah malam genap dan adanyamalam lailatul qodar itu hanya terdapat di malam malam ganjil. Lagian keadaan saat ini juga sangat dingin, bukan keadaan dengan hawa pas-pasan dengan keheningan malam yang membuat nyaman diri ini untuk bertemu dengan kekasihku ALLAH.                Kuambil mukena putih ku dan sajadah warna merah yang selalu menemani ku ketika aku ingin bertemu kekasihku dan mencurahkan semua isi hatiku dan kesulitan dalam menghadapi kehidupanku pada-Nya. Dalam sujud witir terakhirku , aku curahkan tentang kejadian saat aku pulang sekolah kemarin. Ya ALLAH terimakasih engkau masih melindungiku dalam kecelakaan tadi siang, terimakasih engkau telah memberikan pelajaran agar aku lebih berhati—hati dalam mengendarai sepeda motorku, terimakasih karena yang menabrak ku ternyata adalah orang yang baik hati dan tidak memarahiku karena keteledoranku dan ketidakhati-hatian dirinya, terimakasih ya Allah karena yang menabrakku hanyalah sebuah sepeda motor bukan sebuah mobil truk besar ataupun sebuah bis pariwisata. Mungkin jika hal itu terjadi sekarang ini kau telah bersujud dalam hadapanmu ya ALLAH. Karena kejadian itu, pagi ini aku tidak membawa motor ke sekolah. Sama seperti sebelum aku mempunyai motor, aku menunggu angkot di pinggir jalan menuju rumahku. Sebelkum itu aku sempa mengantarkan pangeran kecilku untuk pergi sekolah, karena aku tidak tega membiarkannya jalan sendiri menuju sekolahnya. Saat itu motor supra hijau ku telah di keluarkan dari parkiran kecil dalam rumahku oleh pakdhe ku sebagai tukang parkir ang selalu mengantarkan sepedaku ketika aku ingin berangkat sekolah. Bukan karena aku takut membawa motor ke sekolah tapi aku masih ingin mengistirahatkan otak yang selalu menangis karena aku telah merusak uang 6 juta dari ayahku, dan aku belum bisa merawat dan menggunakannya secara baik dan benar. Takut sempat menjadi alasan pertamaku untuk tidak membawa motor ke sekolah , tapi setelah aku mendengar pangeran impianku menyanyikan lagu “sang juara” darinya, semangatku terpompa utuh kembali.